oleh Masruriah Umaroh
Berbicara tentang perempuan, pembangunan ekonomi dan pandemi covid-19. Di penghujung bulan lan Mumpung wulan e sek April, sekiranya masih cocok lah untuk membicarakan peranan penting perempuan-perempuan Indonesia di tengah wabah seperti ini. Sebelumnya dapat diketahui bersama, bahwa perempuan sering disebut warga kelas dua setelah laki-laki yang mana perempuan berada pada ranah domestik dan laki-laki kebanyakan di ranah publik. Sering dianggap remeh, lemah, bahkan tidak mempunyai power lebih dalam pembangunan ekonomipun sering dibicarakan. Buktinya saja dari total pekerja formal, informal, hampir 2 juta lebih pekerja diPHK atau dirumahkan akibat covid-19 dan hampir dari setengahnya yaitu perempuan. Sebanyak 32.192 pekerja migran dipulangkan ke Indonesia dan yang paling banyak tentunya perempuan.
Bukan hanya itu banyak sekali dampak yang dirasakan akibat pandemi ini, mulai dari aspek ekonomi, sosial maupun pendidikan. Seperti halnya stigma sosial yang berkembang di masyarakat, dimana banyak sekali terjadi penolakan, misalnya penolakan dokter atau perawat oleh domisili tempat tinggal, cibiran, bahkan sikap paranoid penolakan jenazah positif corona. Karena anggapan negatif mereka terus bergulir dan menjadi opini di masyarakat. Hal lain seperti diterapkannya PSBB yang berdampak banyaknya kendaraan tidak beroperasi, bandara di tutup, perjalanan kereta api dibatasi, restoran, hotel dan pariwisata pendapatan menurun.
Sektor Pendidikan pun dapat dibilang cukup amburadul, ditambahmuncul kebijakan-kebijakan baru seperti peniadaan Ujian Nasional, belajar dari rumah, mengajar dari rumah atau teach from home. Tetapi Fakta secara rasional ditemukan di lapangan bahwa banyak siswa yang tidak faham betul mengenai apa yang dipelajari, guru hanya memberikan tugas melalui aplikasi Whatsapp, sedangkan di luar sana bahkan ada yang tidak memiliki handphone untuk mengakses itu semua.
Dalam hal ini tentunya perempuan memiliki andil yang sangat besar bukan?
Dimulai dari kita para mahasiswa yang katanya sebagai Social control, kita bisa melakukan kegiatan sosial kemayarakatan dengan mengajak mahasiswa lain untuk ulur tangan dan peduli terhadap masyarakat terdampak. Dimulai dengan hal kecil seperti memberikan edukasi mengenai bahaya covid-19, bagaimana cara mencuci tangan, menjaga kebersihan, sampai memberikan donasi berupa hand sanitizer, masker maupun dalam bentuk makanan. Sebagai ibu rumah tangga pun seperti itu, dengan lebih banyaknya waktu di rumah kita dapat memberi edukasi kepada anak dan keluarga di rumah tentang makanan apa saja yang memiliki gizi seimbang dalam menjaga daya tahan tubuh ataupun menjadi pendamping anak dikala mengerjakan tugas online dari sekolahnya. Mbak Atik mengatakan untuk perempuan bisa produktif yaitu menciptakan ekonomi sebagai ibu pekerja dengan keterampilan menjahit dapat memproduksi masker, membuat Alat Pelindung Diri (APD) sampai memanage keuangan keluarga dengan baik sangat berpengaruh dalam meringankan beban ekonomi. Tidak cukup sampai disitu, perempuan-perempuan dengan segala kecanggihannya dapat bertransformasi menjadi penulis, mengisi konten di media sosial tentang bagaimana cara agar tidak panik, overthinking dalam menghadapi pandemi covid-19 ini, tambah Mbak Ella.
Lantas bagaimana dengan perempuan pekerja harian yang menjadi tulang punggung keluarga, “nek gak kerjo, sesok opo seng dipangan?”. Padahal kita semua tau di tengah pandemi ini akan sangat berbahaya dan rawan terjadi tindak kejahatan. Apalagi dengan dibebaskannya para narapidana. Tindak kejahatan semakin merajalela.
Sebagai perempuan tentunya harus pandai dalam memprotect diri, menghindari risiko agar tindak kejahatan tersebut tidak terjadi. Bu Hikmah menambahkan dan meluruskan stigma tidak benar di masyarakat yaitu tentang narapidana yang dipulangkan akan berulah lagi. Narapidana yang dibebaskan itu sudah terpantau dengan jelas. Dan siapa saja dapat berpotensi menjadi pelaku kejahatan. Sehingga kita sebagai warga masyarakat terutama perempuan harus selalu waspada dengan terhimpitnya ekonomi saat ini.
Bu Hikmah Bafaqih, DPRD Jawa Timur menambahkan bahwa poin penting yang seharusnya menjadi sorotan utama yaitu Rehabilitasi Rekonstruksi Sosial-Ekonomi, karena kita berada pada fase tanggap darurat. Bagaimana cara mengembalikan keadaan ini menjadi normal kembali. Ditambah dengan banyaknya laporan tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) karena ketidaksiapan dalam membangun komunikasi dan terjadilah gesekan ditengah terhimpitnya ekonomi. Disamping itu karena work from home angka kehamilan menjadi tinggi sehingga bisa dibilang kehamilan yang tidak sehat karena berada pada situasi yang tidak tepat dengan ekonomi terpuruk yang berakibat pada natalitas buruk. Maka dari segala bentuk upaya dan kontribusi harus selalu digulirkan. Dengan berakhirnya wabah pandemi covid-19 ini menjadikan masyarakat tersadar akan Kesehatan, lingkungan yang harus dilestarikan dan menjadi investasi sosial, menjadi tradisi baik dan PR bersama. Dengan peran masing-masing bukan menjadi alasan untuk berhenti memberi dan berkontribusi. Tetap menghargai, mencintai diri dan keluarga, mengusahakan untuk memberi kontribusi. Karena perempuan selalu ditunggu-tunggu peranannya dimanapun dan bagaimanapun.
Penulis adalah Direktur Sub Rayon Ki Hajar Dewantara, Rayon PMII Al Ghozali 2019-2020