Rabu (15/01), Wujud implementasi nilai-nilai Aswaja dalam konsep tasamuh (toleransi), menjadi topik utama Lembaga Semi Otonom Riyadhul Fikr di awal tahun 2020 dengan mengadakan diskusi dan pemutaran film βAtas Nama Percayaβ produksi Watchdoc dan CRCS UGM yang bertempat di Second Peace Cafe.
Film dokumenter berdurasi 36 menit tersebut, menceritakan kelompok penghayat kepercayaan di Indonesia yang mengalami sejarah panjang diskriminasi oleh masyarakat dan negara. Kelompok penghayat kepercayaan yang diangkat terfokus pada Aliran Kebatinan Perjalanan di Cianjur-Jawa Barat, dan penghayat kepercayaan Marapu di NTT.
Antusiasme kader-kader PMII Sunan Kalijaga Malang dan peserta umum cukup banyak hingga hampir memenuhi ruang utama cafe. Pemutaran film yang dilanjutkan dengan sesi diskusi dipantik oleh Ronal Ridhoi, M.A selaku dosen sejarah Universitas Negeri Malang dan Romo Bondhan Rio yang merupakan penganut kepercayaan KBTTPK (Kawruh Batin Tulis Tanpa Papan Kasunyatan).
Forum diskusi yang cukup menarik karena menghadirkan pemantik yang berasal dari kalangan akademisi dengan meninjau melalui perspektif historis, dan penghayat kepercayaan yang dapat menjelaskan secara faktual dan pengalaman pribadi sebagai bagian dari kelompok penghayat kepercayaan.
Margo Teguh S selaku direktur LSO Riyadhul Fikr dalam sambutannya diawal menjelaskan agar kader-kader PMII untuk banyak belajar paradigma arus balik masyarakat pinggiran seperti penghayat kepercayaan sebagai wujud nilai-nilai NDP berupa Hablum Minannas. Acara diakhiri dengan pemberian piagam penghargaan bagi kedua pemantik dan diskusi non formal hingga larut malam. (mrg/ftr)
Tuop